Potretkota.com - Aktivis 1980 dan 1998 mendukung kotak kosong pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 di Surabaya. Hal itu lantaran Partai Politik dinilai tidak mampu melakukan kaderisasi.
Wawan Leak akitivis 1980 warga Keputran Surabaya menganggap Pilkada Surabaya merupakan fonomena pembodohan dan distorsi terhadap pemikiran demokratisasi secara massal. Ia berpendapat, seharusnya semua Partai Politik tidak mendukung satu pasangan calon (paslon) Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi dan Armuji pada Pilkada 2024.
“Kalau 18 partai politik mendukung satu pasangan calon petahana Eri Cahyadi dan Armuji, ini justru menyesatkan masyarakat di Surabaya. Jelas ini ada yang tidak beres, tindakan ini menunjukkan kurangnya niat baik dari Eri Cahyadi dan Armuji maupun partai-partai pendukungnya,” jelas Wawan Leak, Sabtu (31/8/2024).
Dikatakan Wawan Leak, tidak ada yang menonjol saat Surabaya dipimpin Eri Cahyadi dan Armuji. “Apa yang dibanggakan dari kepemimpinan Eri Cahyadi dan Armuji? Mereka hanya mendukung masyarakat menengah keatas dan oligarki, tidak berpihak pada masyarakat kecil,” bebernya, mencontohkan surat ijo, merupakan salah satu janji politik Eri Cahyadi dan Armuji yang menguap begitu saja.
Para tokoh pergerakan berdiskusi fonomena Pilkada Surabaya.
Melihat fonomena yang terjadi, Edward Dewaruci aktivis 1998 warga Gayungan Surabaya menyayangkan Pilkada Surabaya 2024 hanya punya satu pasangan colon. Karena itu, potret dalam Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surabaya tidak ada yang menarik. ”Ini sangat disayangkan sekali. Karena partai politik di dalam aturannya punya tugas melakukan kaderisasi. Masak dari 18 partai politik sama sekali tidak punya kader,” tambahnya.
Seharusnya, Edward Dewaruci menyebut partai politik melakukan pendidikan dan pelatihan terhadap kader muda. Karena itu sudah tertuang dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik. “Kader muda yang sudah dilatih ini nantinya bisa didorong untuk maju dalam kontestan politik,” imbuhnya.
Senada, Taufik Monyong aktivis 1998 warga Bulak Surabaya menilai saat ini takmir partai politik sudah dikuasai oleh kartel. “Jangan hanya menunggu, asek glondong pangareng-areng (hanya menunggu setoran). Seharusnya mereka bisa menarik diri dari gerombolan dan memajukan kader terbaiknya sendiri, tidak mengekor,” pungkasnya.
Pun demikian, Ali Yusa aktivis 1998 warga Rungkut Surabaya turut bicara soal Pilkada Surabaya 2024. “Calon wali kota yang mendukung reklamasi pesisir timur Surabaya, akan kami lawan,” singkatnya.
Sebagai simbol perlawanan tokoh pergerakan, Wawan Leak, Edward Dewaruci, Taufik Monyong maupun Ali Yusa, mendukung kotak kosong dalam pemilihan kepala daerah (pilkada) 2024 di Surabaya.
Seperti diketahui, Pilkada 2024 di Kota Surabaya terdapat satu paslon, yakni Eri Cahyadi dan Armuji. Tidak ingin ada calon tunggal, KPU RI merilis perpanjangan masa pendaftaran Pilkada 2024 berakhir Rabu, 4 September 2024. (Hyu)