Potretkota.com - Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) menggelar aksi keprihatinan di gedung Menteri Perekonomian, Jalan Lapangan Banteng, Sawah Besar, Jakarta Pusat. Aksi dilakukan untuk menyikapi dampak larangan ekspor minyak goreng dan CPO (Crude Palm Oil) yang berdampak langsung kepada anjloknya harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit di seluruh Indonesia.
Dalam aksinya, puluhan petani meminta kepada Presiden melalui Menteri Perekonomian, untuk mencabut larangan ekspor. Hal tersebut tentunya menyebabkan stok minyak di pabrik membludak, hingga tak lagi menerima pasokan kelapa sawit petani, yang mengakibatkan meruginya para petani kelapa sawit lantaran membusuk. Dalam penghentian eksport CPO sendiri, para petani di seluruh Indonesia sudah merugi hingga 11,7 triliun.
Ketua umum Apkasindo Gulat Manurung mengungkapkan, kedatangan para petani kelapa sawit ke kantor Kementerian Perekonomian untuk meminta menteri, dalam mensubsidi minyak goreng kepada masyarakat harus dengan bantuan TNI Polri, agar minyak goreng dapat merata ke masyarakat, dan kembali membuka ekspor CPO agar harga TBS petani dapat kembali normal.
"Keprihatinan ini adalah bentuk dari pada penderitaan petani sawit yang hari ini harga TBS kami sudah tidak ada bahkan pabrik sudah banyak yang tutup semua, bahkan tangki penuh karena tidak ada eksport, dan pembagian minyak goreng ke masyarak tidak merata. Kami minta kepada bapak presiden, minyak goreng sudah hampir merata dikit lagi sampai final. Oleh karena itu sudah boleh lah larangan ekspor dicabut," kata Gulat, Selasa siang (17/05/2022).
Sebelumnya, dampak larangan ekspor CPO juga dirasakan oleh petani di Desa Karang Jinawi Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Kepala Desa setempat, Suprapto mengatakan, penurunan sejak adanya larangan ekspor CPO, PAD Desa Karang Jinawi merosot drastis. Hal ini disebabkan akibat menurunnya harga jual TBS (Tandan Buah Segar) kelapa sawit ditingkat pengepul atau tengkulak.
"Sejak diberlakukan aturan larangan ekspor CPO, harga tbs kelapa sawit di tingkat pengepul atau tengkulak, merosot tajam, karena sebelum aturan tersebut diberlakukan, harga tbs kelapa sawit mencapai 3.000 rupiah per kilogram, namun sekarang harga tbs kelapa sawit hanya 1.500 rupiah per kilogram" kata dia.
Merosotnya harga jual TBS sangat dirasakan oleh petani kelapa sawit. Seperti yang diakui Ruswiyanto, petani kelapa sawit di Desa Karang Jinawi. Ia mengungkapkan, akibat larangan ekspor CPO yang berimbas pada turunnya harga TBS kelapa sawit. Semula harga TBS kelapa sawit seharga Rp3.000 per kilogram, kini turun drastis hingga Rp1.500 per kilogram. Anjloknya harga TBS membuat petani menderita kerugian hingga jutaan rupiah, lantaran biaya yang dikeluarkan untuk panen kelapa sawit tak sebanding dengan penjualan.
"Sejak ada larangan ekspor CPO itu, harga TBS kelapa sawit terus menurun drastis, dari yang semula masih tiga ribuan per kilogram, kini menurun hanya seribu lima ratus rupiah aja per kilogram mas" tukas Ruswiyanto. (Robby)