Potretkota.com - Baru-baru ini, Ka. Disbudpar Jatim (Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur), Evy Afianasari, mengutarakan niatnya yang ingin kembali mengangkat tentang kerajaan-kerajaan yang pernah ada di Jawa Timur, seperti Majapahit, Singosari maupun Blambangan. Menurutnya, kerajaan-kerajaan ini adalah identitas terbaik Jawa Timur.
Dalam sebuah forum bersama Pelaku Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur beberapa waktu lalu, Evy menyampaikan upaya Pj Gubernur Jawa Timur Adhy Karyono, melalui Surat Edaran tanggal 5 April 2024 Nomor 500.13.2.3/3078/118.6/2024 tentang Himbauan Pelestarian Budaya Lokal dan Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat Setempat Pada Usaha Hotel di Jawa Timur.
Menanggapi keinginan Ka. Dispbudjar Jatim itu, Ketua Dewan Kesenian Jawa Timur (DKJT), Taufik Hidayat mengatakan, sebelum mengangkat kembali tentang kerajaan-kerajaan yang pernah ada di Jawa Timur ke permukaan, maka ada sejumlah PR (Pekerjaan Rumah) yang harus diselesaikan. PR terbesarnya menurut Taufik adalah menghadirkan kembali seluruh pusaka dan benda-benda kuno.
- Berita terkait: Banyak Karya Intelektual Nusantara Hilang, Taufik Monyong: Raffles adalah Penjajah dan Pencuri
Menurut Taufik, pusaka dan benda-benda kuno milik nusantara itu ada di sejumlah negara yang mengoleksinya di museum-museum mereka. Bahkan, sekitar tahun 2012 silam ada yang nekat melelang benda purbakala milik Kerajaan Sriwijaya berupa hulu pedang emas dan Arca Tara di Singapura. Taufik menyayangkan pemerintah Indonesia yang seolah melakukan pembiaran.
“Ada ratusan bahkan ribuan benda purbakala kita, baik pra dan saat berlangsungnya sejarah nusantara dikuasai oleh para penjajah. Sungguh ini sesuatu yang sangat memprihatinkan, pusaka-pusaka itu sejatinya adalah identitas bangsa. Tanpa ada peran dari pemerintah, tentu akan sangat mustahil bagi kita untuk bisa kembali menguasainya,” kata Taufik menyayangkan.
Oleh karena itu, Taufik berharap, sembari merekonstruksi identitas nusantara, alangkah baiknya jika pemerintah, khususnya Pemda Jatim (Pemerintah Daerah Jawa Timur) melakukan upaya-upaya untuk bisa mengembalikan benda-benda kuno dan pusaka milik kerajaan-kerajaan nusantara. Terutama benda dan pusaka yang tersimpan di Museum Metropolitan, New York, Amerika.
Bukan cuma soal pusaka dan benda kuno milik nusantara yang dikuasai negara lain, seni dan budaya asing juga seakan telah menjadi momok yang menghantui bagi para pelaku seni dan budaya lokal. Generasi sekarang yang menyebut dirinya sebagai Gen-Z (Generasi Z/Akhir), justru lebih tergila-gila dengan budaya kolonialisme dan imperialisme ketimbang budaya lokal.
“Sangat naif sebagai orang Jawa, sebagai orang yang berkebudayaan kehilangan jati diri. Pemimpin Indonesia harus menghadirkan nilai-nilai kebudayaan bangsanya sendiri. Boleh mendatangkan sebagian, 20 persen peradaban budaya asing, tapi kita tidak boleh kehilangan itu. Kenapa? Ya itu tadi, di seluruh dunia kita menjual produk intelektual bukan produk pasar,” tegas Taufik. (ASB)