Kadis Peternakan Jatim Enggan Komentari Soal PMK, Ada Apa?

avatar potretkota.com
Peternak sapi di Surabaya
Peternak sapi di Surabaya

Potretkota.com - Kepala Dinas (Kadis) Peternakan Provinsi Jawa Timur Dr. Ir. Indyah Aryani, MM enggan komentari pertanyaan awak media soal Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang melanda hewan ternak sapi, Senin (6/1/2024) kemarin.

Padahal, puluhan awak media baik tv dan online saat itu sedang ingin mempertanyakan soal menu makanan sehat bergizi gratis dan juga solusi penanganan PMK yang menyerang Jawa Timur. “Jangan saya,” singkatnya, saat menghadiri rapat tertutup dengan anggota Komisi B DPRD Jatim.

Baca Juga: Ratusan Hektar Sawah di Pasuruan Terendam Banjir Akibat Hujan

Baca Juga: GRIB Jatim Ajak Anak Muda Jadi Petani Hebat

Sementara, di tengah merebaknya wabah PMK yang melanda hewan ternak di Jawa Timur, Suyatno, seorang peternak sapi di kawasan Sidorejo Pakal, Surabaya, memiliki cara jitu untuk melindungi ternaknya. Dengan pengalaman 28 tahun sebagai peternak, ia percaya bahwa kebersihan kandang dan kesehatan sapi adalah kunci utama pencegahan PMK.

"Saya selalu menjaga kebersihan kandang sapi saya. Selain itu, sapi-sapi saya dimandikan dua kali sehari, dipijat, dan dimanjakan agar tidak stres," ujar Suyatno kepada wartawan.

Suyatno meyakini bahwa stres dapat menjadi pemicu sapi menolak makan, yang pada akhirnya membuat mereka rentan terhadap PMK.

Tak hanya itu, Suyatno juga memiliki senjata rahasia: ramuan jamu leluhur yang dipercaya mampu menangkal virus PMK. "Ramuan ini terbuat dari berbagai rempah-rempah seperti kunyit, jahe, dan rempah lainnya," jelasnya.

Baca Juga: Cabai Sachet Solusi Hadapi Lonjakan Harga Jelang Nataru

"Saya percaya ramuan ini dapat meningkatkan kekebalan tubuh sapi dan membantu mereka melawan virus PMK," tambah Suyatno.

Meskipun sapi-sapi miliknya telah divaksin, Suyatno tetap memberikan ramuan jamu tersebut sebagai langkah tambahan. "Saya tidak mau hanya mengandalkan vaksin saja. Saya percaya bahwa ramuan leluhur ini dapat membantu sapi-sapi saya tetap sehat," tambahnya.

Suyatno mengakui bahwa belum ada penelitian ilmiah yang membuktikan khasiat ramuan jamu leluhur ini dalam melawan PMK. Namun, ia tetap yakin dengan khasiatnya berdasarkan pengalaman turun temurun. "Saya sudah menggunakan ramuan ini selama bertahun-tahun dan sapi-sapi saya selalu sehat," tegasnya.

Kisah Suyatno ini menunjukkan bahwa di tengah pandemi PMK, para peternak di Surabaya masih memegang teguh tradisi dan kearifan lokal dalam menjaga kesehatan ternak mereka. Ramuan jamu leluhur, meskipun belum teruji secara ilmiah, menjadi bukti bahwa pengetahuan tradisional masih memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan hewan ternak. (Hyu/KF)

Editor : Redaksi

Berita Terbaru