Potretkota.com - Sebagian kader keluar dari kepungurusan daerah di Jawa Timur (Jatim), Partai Keadilan Sejahtra (PKS) tidak surut untuk mendulang suara pemilih. Bagi sebuah partai politik berbasis Islam, berjuang meraih suara pemilih di kontestasi Pilpres 2019 lebih utama ketimbang menanggapi masalah yang menganga di tubuh partai.
Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PKS Jatim Arif Hari Setiawan, ST, MT menyampaikan, adanya kader yang mundur karena beda haluan itu sudah lumrah dan biasa. "Dari 38 Kabupaten/Kota, ada dua atau tiga DPD yang keluar. Dan posisinya sudah langsung diganti agar tidak terjadi kekosongan," katanya kepada Potretkota.com, Senin (1/4/2019), di Kantor DPW PKS Jatim.
Baca Juga: Andreas Pardede Heran Fasilitas Kampanye KPU Hanya Untuk Paslon Erji
Mantan Dosen Universitas Muhamadiyah (Unmuh) Malang itu juga mengungkapkan, semua harus satu komando di masa pemenangan 17 Apri 2019. Agar mampu memenangkan Pemilu, tentu harus merapatkan barisan. Namun, pihaknya menyebut, bagi yang tidak sepakat dengan kebijakan partai yang mana sudah ditentukan pusat, wajar ada perbedaan dan kemudian keluar.
Baca Juga: Saleh Mukadar Banteng Lawas Putar Haluan Dukung Erji Pilkada Surabaya 2024
"Semua kader harus merapatkan barisan, itu kan hal biasa. Karena ini masa pemenangan (Pemilu), kalau ada yang tidak sepakat itu wajar, bahkan ada yang berdalih itu (kebijakan) menyalahi AD/ART. Kalau seperti itu kita kan tidak bisa menahan, karena itu hak orang (personal)," ungkap Arif Hari Setiawan.
Meski demikian, menurut Arif tetap berkonsentrasi untuk pemenangan Pemilu 2019, khususnya di Jatim. "Mau dikandang ijo, kandang merah, kita masuki semua," akunya.
Baca Juga: Saleh Mukadar Banteng Lawas Putar Haluan Dukung Erji Pilkada Surabaya 2024
Arif menyebut, strategi gaya kampanye tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya, 2004 hingga 2014. Kali ini, tidak hanya dakwah di kampus-kampus, namun juga mengikuti perkembangan zaman, khususnya dalam menjaring suara millenial. PKS telah membuat gebrakan dengan penampilan yang kekini-kinian. "Kalau dulu hanya musik nasid, namun sekarang mulai pop hingga rock, sesuai segmennya," pungkasnya. (Qin)
Editor : Redaksi