Emil Dardak Hadiri Sarasehan dan Orasi Kebangsaan PA GMNI

avatar potretkota.com
(dari kiri) Armuji, Denny Wicaksono, Emil Elestianto Dardak  dan Cahyo Harjo Prakoso.
(dari kiri) Armuji, Denny Wicaksono, Emil Elestianto Dardak dan Cahyo Harjo Prakoso.

Potretkota.com - Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak menghadiri Sambutan Sarasehan dan Orasi Kebangsaan Dalam Rangka Bulan Bung Karno, Merawat Republik, Menguatkan Rakyat: Pancasila sebagai Jalan Kebangsaan, yang digelar Persatuan Alumni (PA) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Minggu (8/6/2025), di Gedung Balai Pemuda Kota Surabaya.

Sebagai tamu kehormatan, Emil Dardak sapaan akrabnya mengingatkan bahwa pemikiran Bung Karno tetap relevan untuk menjawab tantangan masa kini, khususnya dalam konteks ekonomi dan teknologi.

Baca Juga: Konsolidasi Kongres Nasional GMNI ke XXII 2025 Melalui Zoom Meeting

“Kita hari ini seringkali hanya terhimpit oleh masalah ekonomi, tapi realita itu sebenarnya bisa dijawab juga dengan prinsip,” terang Emil Dardak dalam sambutannya.

Emil Dardak juga menyoroti keberadaan kader GMNI yang tersebar di birokrasi, dunia usaha, dan parlemen mencerminkan daya hidup ideologi Bung Karno. “Kalau dulu pendekatannya pada buruh dan tani, hari ini justru orang galau karena pekerjaan diambil alih mesin dan AI,” tambahnya.

Pria kelahiran Jakarta Mei 1984 juga mengingatkan nilai-nilai toleransi dan gotong royong tidak otomatis terjaga tanpa usaha. “Kadang kita bisa bersumbu pendek karena informasi yang belum tentu akurat. Jangan cepat menyimpulkan apa yang kita lihat di dunia maya sebelum kita tabayun sepenuhnya,” jelasnya.

Menurut Emil, keteladanan sosial dan pendidikan karakter adalah fondasi kebangsaan yang harus dijaga bersama. “Memberikan keteladanan kepada anak-anak adalah upaya kolektif yang harus dijalankan lintas generasi. Di Jawa Timur, ini dirawat turun-temurun, tapi menjaganya tidak mudah,” urainya.

Baca Juga: Konsolidasi Kongres Nasional GMNI ke XXII 2025 Melalui Zoom Meeting

Sementara, Ketua PA GMNI Denny Wicaksono menekankan pentingnya forum semacam ini sebagai ruang temu antara kader aktif dan alumni. “Intinya temu kangen, tapi sambil berdiskusi kecil untuk merumuskan kembali arah pergerakan kita, khususnya kader-kader GMNI di seluruh Jawa Timur,” katanya.

Wakil Ketua DPRD Jatim juga mengingatkan, peringatan Bulan Bung Karno bukanlah seremoni simbolik. Tapi momentum memperbarui semangat ideologis, agar Pancasila tidak berhenti sebagai jargon, tetapi menjadi praksis sosial dan politik dalam kehidupan sehari-hari.

“Kalau dulu Marhaen itu petani kecil yang tertindas, hari ini Marhaen adalah kelompok-kelompok kecil masyarakat yang menerima ketidakadilan,” bebernya.

Baca Juga: GMNI Surabaya Kolaborasi dengan DP3APPKB Cegah Kekerasan Perempuan dan Anak

Transformasi makna ini, disebut Denny telah mencerminkan elastisitas Marhaenisme yang tetap berpijak pada kerakyatan meski zaman telah berganti. Di tengah realitas politik yang kerap diwarnai oleh pragmatisme dan kaburnya garis ideologis, GMNI ingin menegaskan sikap.

“Kami selalu memberi ruang pada kader untuk melakukan pengawasan dan mendengar suara masyarakat. Karena seringkali program yang tujuannya baik, pelaksanaannya tidak berjalan dengan baik,” imbuhnya, kritik terhadap pemerintah, dalam pandangannya adalah bagian dari loyalitas terhadap rakyat, bukan bentuk pembangkangan.

Dalam acara Sarasehan dan Orasi Kebangsaan PA GMNI, terlihat Wakil Wali Kota Surabaya Armuji, Ketua DKJT Jatim Taufik Hidayat, Ketua Gerindra Surabaya Cahyo Harjo Prakoso, Komisioner Bawaslu Kota Surabaya Eko Rinda Prasetiyadi, dan tokoh pergerakan lainnnya. (AS)

Editor : Redaksi

Berita Terbaru